Kontroversi Patrick Kluivert
Pada 1995, Kluivert yang masih aktif bermain sempat terlibat kecelakaan maut yang menewaskan fans Ajax Amsterdam.
Dia mengendarai BMW M3 milik temannya dengan kecepatan 104 kilometer per jam dan menghantam mobil Ford Orion Saloon.
Kluivert dijatuhi sanksi layanan sosial selama 240 jam. Karena kejadian itu, Kluivert sempat dilabeli "pembunuh" oleh fans lawan Belanda.
Tak cukup sampai di situ, pada Desember 1999 Kluivert yang membela Barcelona melakukan pemukulan terhadap kapten Rayo Vallecano Jesus Cota di atas lapangan.
Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) menjatuhi sanksi larangan tampil 4 laga kepada Kluivert karena aksinya itu.
Yang paling baru, Kluivert terseret skandal judi pada 2017. Dia dikabarkan dikejar mafia untuk menagih utang yang telah mencapai lebih dari 1 juta euro pada 2011 hingga 2012.
Baca Juga
Kluivert kala itu dinyatakan terlibat dalam pertaruhan untuk tim cadangan FC Twente. Namun Kluivert mengaku sudah melunasi semua utang-utangnya.
Rapor Patrick Kluivert sebagai Pelatih
Patrick Kluivert tercatat hanya pernah menangani 2 tim senior yakni Timnas Curacao dan Adana Demirspor. Win rate alias rasio kemenangan Kluivert terbilang biasa saja.
Bersama Curacao pada 2015-2016 Kluivert memimpin dalam 12 pertandingan dengan hasil 6 kali menang, 3 kali imbang, dan 3 kali kalah. Secara matematis rasio kemenangan Kluivert 50%.
Setelah dipecat Curacao, Kluivert kembali ke tim tersebut sebagai pelatih interim pada Mei hingga Oktober 2021.
Dia melatih Curacao hanya dalam 6 pertandingan dengan hasil yang buruk. Total ada 1 kemenangan, 2 kali imbang, dan 3 kekalahan yang diraih Kluivert pada periode keduanya di Curacao. Praktis win rate-nya cuma sebesar 16,67%.
Terakhir Kluivert melatih tim Turki Adana Demirspor pada Juli hingga Desember 2023. Di sana dia memainkan 20 laga dengan hasil 9 kali menang, 6 kali imbang, dan 5 kali kalah. Win rate Kluivert sedikit lebih baik yakni 45%.
Yang menarik, setelah hengkang dari Adana pada Desember 2023 Kluivert belum melatih klub lagi hingga kini.
Apakah memercayakan nasib Timnas Indonesia di tangan pelatih yang sudah lebih dari 1 tahun menganggur adalah keputusan yang tepat?
Ambisi Erick Thohir dengan Pelatih Belanda = Petaka Inter Milan
Ketua Umum PSSI Erick Thohir punya rapor hitam jika berbicara tentang pelatih asal Belanda.
Pada 2016, Erick Thohir yang masih menjadi Presiden Inter Milan menunjuk Frank de Boer untuk menjadi pelatih pengganti Roberto Mancini.
Keputusan itu kelak akan menjadi hal yang disesali seluruh fans Inter Milan di muka bumi.
De Boer cuma bertahan 85 hari melatih Nerazzurri karena kadung dipecat lantaran hasil buruk timnya.
Memimpin Inter Milan dalam 14 pertandingan, De Boer menorehkan 5 kemenangan, 2 kali imbang, dan 7 kali kalah.
Hasil itu pun menjadikan De Boer sebagai salah satu pelatih terburuk yang pernah menangani La Beneamata.
Kini Erick Thohir kembali dengan rencana membawa meneer Belanda ke Timnas Indonesia.
Meski nama sang pelatih bukan Frank de Boer, apakah kenangan buruk di Inter Milan itu tak akan terbawa sampai ke Garuda?
Pecat STY adalah Taruhan Berisiko Besar
PSSI menyadari bahwa memecat Shin Tae-yong saat ini adalah hal yang berisiko tinggi. Tak hanya bagi reputasi federasi, namun juga Timnas Indonesia.
Pasalnya, saat ini Timnas Indonesia sedang berada di tengah-tengah putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Indonesia bahkan masih berpeluang untuk lolos otomatis ke Piala Dunia 2026 lewat jalur 2 besar di Grup C.
Dengan 4 laga tersisa, Timnas Indonesia cuma butuh 2 kemenangan untuk setidaknya mengamankan posisi keempat Grup C dan lolos ke putaran keempat alias selangkah lebih dekat dengan Piala Dunia 2026.
Setelah perubahan yang mendadak di belakang kemudi tim, PSSI mempertaruhkan hal yang dinantikan seluruh suporter Timnas Indonesia: Piala Dunia 2026.
Masalahnya, Indonesia hanya punya 2,5 bulan untuk mempersiapkan diri menghadapi laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Tim Garuda dijadwalkan bertandang ke markas Australia dan menjamu Bahrain pada Maret mendatang.
Datangnya pelatih baru jelas membutuhkan adaptasi. Erick Thohir dan jajaran PSSI percaya diri waktu 2,5 bulan cukup bagi pelatih baru untuk meracik tim terbaik Timnas Indonesia.
So, kita tunggu saja apakah pertaruhan PSSI menggantikan Shin Tae-yong dengan Patrick Kluivert akan berbuah manis atau justru berujung penyesalan.