Bisnis.com, JAKARTA - Ajang balap mobil Formula 1 (F1) musim 2026 berpotensi semakin berwarna, seiring keikutsertaan beberapa pabrikan otomotif ternama yang akan menjadi peserta anyar.
Sekadar info, ini terbilang kabar baik untuk keberlangsungan F1, sebab ajang jet darat ini tengah dianggap kurang menarik buat brand otomotif sejak satu dekade terakhir. Terutama karena potensi kebutuhan bujet investasi yang terlampau jumbo selama berlaga di setiap musimnya.
Tak heran, musim ini pun hanya ada empat pabrikan otomotif yang bertahan sebagai pemasok mesin alias power unit para tim F1, yaitu Mercedes, Ferrari, Renault, dan Honda.
Terbaru, Audi dan Ford telah resmi terdaftar sebagai pemasok power unit untuk musim 2026-2030, kendati keduanya memilih cara masuk F1 dengan pendekatan berbeda.
Audi resmi mengumumkan akan berlaga di F1 2026 lewat menjalin kesepakatan dengan tim Sauber. Audi akan memperbesar kepemilikannya di tim yang saat ini bernama Alfa Romeo F1 Team Stake itu secara gradual, sampai nantinya menjadi pemilik mayoritas jelang 2026.
Keseriusan pabrikan otomotif yang bagian dari Grup Volkswagen itu pun tampak semakin terlihat ketika mulai memamerkan proyek F1 besutannya di perhelatan Auto Shanghai, China yang berlangsung 18-27 April 2023.
Anggota Dewan Manajemen Pengembangan Teknis Audi AG Oliver Hoffmann dalam presentasinya di acara tersebut mengungkap bahwa pihaknya sudah mempersiapkan uji pengembangan mesin F1 dalam waktu dekat, sejalan dengan pembangunan pusat fasilitas teknis di kawasan Neuburg an der Donau, Jerman.
"Unit drivetrain full-hybrid F1 perdana kami, terdiri dari mesin konvensional, motor listrik, unit baterai, dan kontrol elektronik, dijadwalkan menjalani tes sebelum akhir tahun ini, di mana sekaligus akan menjadi dasar konsep kendaraan masa depan besutan kami," ujarnya seperti dilansir Bisnis dari laman resmi Audi Media Center, Senin (24/4/2023).
Sementara itu, Ford akan berlaga di F1 musim 2026 lewat strategi menggandeng tim juara bertahan musim ini, Red Bull Racing.
Pinangan Ford jelas menarik bagi Red Bull yang sejak 2022 terpaksa membuat mesin sendirian, bertajuk Red Bull Powertrains (RBPT). Hal ini lantaran Honda selaku mitra pemasok Red Bull memutuskan menahan investasinya di ajang F1 demi menjaga stabilitas keuangan perusahaan.
CEO Ford Motor Company Jim Farley menjelaskan bahwa kerja sama dengan Red Bull Racing merupakan langkah efektif untuk memperkenalkan inovasi, ide, dan teknologi Ford ke puluhan juta penggemar F1, juga para pengguna Ford di seluruh dunia.
"Ford akan memberikan keahlian teknis di semua bidang yang dapat menambah nilai bagi tim bergelar juara dunia. Area yang akan dieksplorasi bersama adalah pengembangan mesin, serta komponen utama musim 2026. Seperti sel baterai dan teknologi motor listrik, serta software kontrol unit daya maupun analitik," ungkap Jim dalam peresmian kerja sama dengan Red Bull di awal tahun ini.
Regulasi Anyar
Sejak F1 memasuki era mesin hybrid pada 2014, Federasi Automobil Internasional (FIA) sudah memberikan ancang-ancang akan terus mendorong kompetisi ke arah semakin ramah lingkungan.
Konfigurasi mesin bakar (ICE) V6 hybrid 1.600 cc tetap berlanjut. Namun, harus 100 persen menggunakan bahan bakar minyak berkelanjutan dengan kapasitas hanya 70 kg dalam satu seri balapan. Sebagai informasi, kapasitas BBM untuk mobil F1 yang berlaku saat ini sebanyak 100 kg dalam satu seri balapan.
Alhasil, untuk mengganti tenaga ICE yang berkurang, regulasi mengamanatkan tenaga mesin listrik F1 dari perangkat Energy Recovery System (ERS) mencapai 350 kW, meningkat dari aturan saat ini yang berada di angka 120 kW.
Selain itu, penggunaan komponen ERS berupa pengubah panas menjadi listrik alias Motor Generator Unit Heat (MGU-H) akan dihapuskan. Harapannya, biaya investasi setiap tim berkurang, karena komponen ini tercatat menelan biaya paling jumbo selama F1 era hybrid.
Artinya, seluruh tenaga perangkat ERS hanya akan dihasilkan dari komponen Motor Generator Unit Kinetic (MGU-K), yang prinsipnya menghasilkan listrik ketika mobil melakukan deselerasi atau pengereman.
Perubahan-perubahan mayor ini pun harapannya membuat kinerja di antara tim F1 lebih berimbang, karena butuh strategi baru untuk menyimpan dan menggunakan tenaga hasil mesin listrik. FIA pun berharap balapan musim 2026 menjadi lebih seru dan sulit ditebak.
Terlebih, regulasi musim 2026 ini akan membuat perangkat ERS harus dioperasikan secara lebih manual oleh para pembalap. Tidak ada lagi mobil F1 yang bisa sesuka hati menggunakan 'turbo' tenaga listrik untuk menambah tenaga di setiap putaran, terutama ketika trek lurus.
Presiden FIA Mohammed Ben Sulayem menjelaskan keterlibatan Audi dan Ford sebagai pengembang mesin F1 baru di musim 2026 pun menjadi indikator nyata bahwa perubahan regulasi telah berjalan sesuai harapan.
"Power Unit merupakan garda depan inovasi teknologi otomotif, regulasi ini pun bertujuan membuat masa depan F1 lebih berkelanjutan, dengan tetap mempertahankan balapan yang spektakuler. Saya berterima kasih atas kepercayaan pabrikan otomotif terkemuka dunia yang telah menunjukkan komitmen mereka terhadap F1," ujarnya ketika mengumumkan pemasok mesin terdaftar untuk F1 musim 2026, pada medio Februari 2023 lalu.
Sebagai informasi, FIA telah mengonfirmasi akan ada enam tim yang menjadi pemasok power unit pada F1 musim 2026, termasuk Audi dan Red Bull Ford.
Nama resmi para pemasok lain, yaitu raksasa mobil sport asal Jerman Mercedes-AMG High Performance Powertrains Ltd.; pabrikan mobil ternama Italia Ferrari S.p.A.; Alpine Racing yang merupakan branding ulang Renault untuk produk mobil-mobil sport besutannya; serta Honda Racing Corporation yang mengaku tetap mendaftar kendati belum memutuskan apakah akan berpartisipasi penuh sebagai pemasok mesin utuh.
Aturan Baru F1 Musim Bikin Audi dan Ford Kepincut Ikutan Balapan
Ajang balap mobil Formula 1 (F1) musim 2026 semakin berwarna, seiring keikutsertaan beberapa pabrikan otomotif ternama yang akan menjadi peserta anyar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
28 menit yang lalu