Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Proliga 2025, SBY Beri Catatan Khusus untuk PBVSI dan KONI

Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan ada beberapa catatan dan pertimbangan agar segera dicarikan solusinya oleh PBVSI dan juga KONI.
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat kegiatan melukis di sela-sela festival musik PestaPora di JiExpo, Jakarta Utara. Dok Instagram @presidenyudhoyonoalbum
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat kegiatan melukis di sela-sela festival musik PestaPora di JiExpo, Jakarta Utara. Dok Instagram @presidenyudhoyonoalbum

Bisnis.com, JAKARTA – Pendiri klub voli LavAni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melayangkan kritik dan saran untuk penyelenggaraan ajang Proliga 2025 yang akan segera dimulai.

Dikutip melalui akun twitter atau X resminya @SBYudhoyono, Presiden Ke-6 RI itu menilai bahwa turnamen tingkat puncak ini juga sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Menurutnya, ada beberapa catatan dan pertimbangan yang perlu dilakukan oleh PBVSI dalam pembinaan dan pengembangan bola voli ke depan agar segera dicarikan solusinya oleh PBVSI dan juga KONI.

Dia melanjutkan bahwa sejauh ini masyarakat sudah senang karena turnamen Livoli Divisi Utama yang tadinya hanya diikuti oleh 8 klub, mulai tahun depan akan ditingkatkan jumlah pesertanya menjadi 12 klub.

Meskipun kebijakan ini dipandangnya sangat tepat agar atlet-atlet kita punya kesempatan untuk bermain, tetapi SBY mengatakan bahwa patut untuk bersedih apabila tim peserta turnamen Proliga, justru jumlahnya makin menurun.

“Kalau tidak ditambah satu tim bentukan PBVSI, praktis hanya tinggal 4 klub yang mengikuti Proliga Tahun 2025 ini. Dalam kaitan ini, PBVSI perlu mencari tahu mengapa penurunan ini terjadi,” ujarnya dalam akun pribadinya, Sabtu (14/12/2024).

Dia melanjutkan bahwa PBVSI patut menelaah apakah penurunan ini dikaitkan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh tiap klub. Sebab, apabila jumlahnya makin besar atau kelewat besar, maka wajar jika klub yang ada sulit untuk membiayainya.

Apalagi, kata SBY, tidak semua klub memiliki kemampuan pembiayaan yang tinggi. Termasuk, klub-klub yang dibentuk oleh BUMN tertentu, pasti memiliki batas anggaran yang bisa dikeluarkan.

“Juga tentunya LavAni yang pembiayaannya atas dasar sponsorship. Beredar luas pula bahwa salary atau gaji untuk pemain asing juga memiliki peningkatan yang sangat tajam, di luar kemampuan klub-klub yang ada di Tanah Air,” ujarnya.

Oleh sebab itu, SBY menyarankan agar PBVSI memikirkan adanya salary cap atau batas maksimal gaji bagi pemain asing. Menurutnya, gaji pemain asing yang sangat besar berpotensi menimbulkan kesenjangan yang makin tinggi dengan gaji atlet lokal yang prestasinya juga tidak selalu kalah dengan atlet asing.

“Peningkatan gaji atlet asing yang tidak dibatasi ini, patut diduga menyebabkan demotivasi di kalangan klub bola voli di Tanah Air karena merasa tidak mampu lagi untuk bersaing di kancah Proliga. Untuk kita ketahui bersama, kebijakan menetapkan salary cap ini juga lazim diterapkan di negara-negara lain,” tuturnya.

Selain itu, dia mengatakan bahwa hal lain yang perlu diatur oleh PBVSI, termasuk segi-segi pengawasan, adalah kepatuhan klub bola voli untuk menghormati kontrak antara atlet dengan klub bola voli.

“Kita semua harus menghormati kontrak tersebut dan jangan sampai pihak tertentu melakukan pemaksaan dan pelanggaran kontrak dengan menggunakan kekuasaan,” imbuhnya.

Catatan lain, SBY mengatakan terkait dengan adanya perubahan kebijakan PBVSI tentang ketentuan penggantian atlet asing dan atlet lokal. Menurutnya, lembaga tersebut perlu menjelaskan alasan dilakukannya perubahan tersebut agar tidak mendatangkan praduga yang tidak baik.

“Jangan sampai ada pandangan aturan tersebut diubah untuk kepentingan klub-klub tertentu. Ibarat dalam kehidupan bernegara, tentu juga tidak tepat kalau sebuah konstitusi dan undang-undang diubah hanya untuk memenuhi kepentingan orang seorang atau kelompok tertentu,” katanya.

Terakhir, dia menilai bahwa hal lain yang juga menjadi sorotan masyarakat adalah besaran hadiah uang tunai yang diterima oleh atlet dan klub yang berprestasi, khususnya dalam turnamen Livoli Divisi Utama tahun 2024.

Dia melihat bahwa masyarakat berpendapat besaran hadiahnya sangat kecil untuk diterima oleh atlet-atlet yang berprestasi pada tingkat nasional. Apalagi kalau dibandingkan dengan insentif bagi sebagian atlet asing yang jumlahnya sangat fantastis. “Semoga PBVSI berkenan untuk memperbaiki kebijakan ini,” pungkas SBY.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper