Bisnis.com, JAKARTA — Final Liga Champions musim 2024/2025 akan berlangsung pada akhir pekan ini, Sabtu (31/5/2025) di Allianz Arena di Kota Munich, Jerman, kandang juara Bundesliga, Bayern Muenchen.
Sayangnya, tak ada wakil dari Bavaria di partai final musim ini. Bayern Muenchen terhenti di babak perempat final oleh Inter Milan yang akhirnya bisa melaju hingga partai puncak.
Di partai final, Inter akan menghadapi wakil Prancis, Paris Saint Germain (PSG). Keduanya bakal bersaing berebut takhta klub terbaik di Benua Eropa.
Liga Champions acapkali dianggap sebagai kasta tertinggi level klub sepak bola kawasan benua biru. Tahun ini, peraih gelar juara diperkirakan akan membawa hadiah senilai 21,5 juta euro atau setara dengan Rp471 miliar.
Adapun untuk runner-up, diperkirakan bakal mengantongi hadiah 15,9 juta euro (setara dengan Rp349 miliar).
Bagi PSG, meraih gelar Liga Champions bukan semata-mata ambisi klub. Mereka tentu ingin mengulang sejarah sebagai tim Prancis yang bisa meraih gelar setelah lebih dari 30 tahun lamanya.
Baca Juga
Wakil terakhir Prancis yang pernah menjadi jawara Liga Champion adalah Marseille pada 1991 saat kompetisi kasta teratas Eropa itu masih bernama Piala Champions.
Dari sisi raihan gelar juara, Inter Milan tentu saja lebih mentereng dari PSG. Inter sudah mengoleksi tiga trofi juara yakni pada 1964, 1965, dan 2010. Terakhir Inter masuk ke final pada 2023, kalah 0-1 dari Manchester City.
Sementara itu, prestasi paling mahir PSG baru sebatas runner-up pada 2020.
Peluang Kedua Tim
Berdasarkan aiscore, Inter dan PSG sudah pernah bertemu selama lima kali. Namun, kesemuanya dalam ajang pramusim sebelum kompetisi resmi dibuka. Artinya, final Liga Champions di Allianz Arena akan menjadi pertemuan pertama bagi kedua tim di kompetisi resmi Eropa.
Dari lima kali pertemuan di level uji coba, PSG unggul sebanyak 3 kali, Inter 1 kali menang, dan 1 pertandingan berakhir dengan hasil seri.
Sejauh ini, bursa taruhan lebih mengunggulkan PSG sebagai kampiun ketimbang Inter.
Analisis Opta, misalnya, menempatkan PSG sebagai kandidat pemenang dengan keunggulan 53,6% berbanding dengan 46,4% untuk Inter.
PSG juga lebih diunggulkan dalam bursa Odds. Pasar taruhan menempatkan anak asuh Luis Enrique itu dengan bursa 2,24; seri 3,46; dan kemenangan untuk Inter 3,5.
Akan tetapi, melihat jejak menuju jalan final, Inter sejauh ini lebih solid. Nerazurri sukses menaklukkan Barcelona dan Bayern Muenchen, dua tim pemilik gelar juara Liga Spanyol dan Liga Jerman.
Sementara itu, PSG benar-benar teruji tatkala mereka mampu mengalahkan Arsenal di laga tandang maupun kandang saat babak semifinal, ketika banyak analisis yang mengunggulkan Meriam London lebih layak tampil di partai puncak.
Jika dilihat dari sisi valuasi, PSG unggul jauh dari Inter. Dengan kekuatan modal yang dimiliki, Qatar Sports Investments sebagai pemegang saham utama PSG, hampir tak pernah sepi belanja pemain. Mayoritas pemain terbaik dikumpulkan di PSG.
Transfermarkt menulis valuasi pasar PSG senilai 923,5 juta euro. Sementara itu, Inter tercatat memiliki nilai pasar 663,8 juta.
Pengusaha Indonesia di Inter Milan
Kendati bursa taruhan menempatkan PSG lebih unggul dari Inter, penggemar sepak bola di Indonesia boleh jadi lebih condong mendukung Nerazzurri untuk mengangkat trofi Liga Champions musim ini.
Alasannya simpel, Inter punya kedekatan emosional dengan Indonesia. Liga Italia, memiliki hati tersendiri bagi penggemar bola di Indonesia. Bahkan, kelompok suporter klub asal Italia di Indonesia, lebih besar jumlahnya dari pendukung klub-klub asal Prancis.
Apalagi, Inter pernah memiliki ikatan ‘batin’ kuat dengan Erick Thohir yang kini menjabat sebagai Menteri BUMN sekaligus Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI).
Adapun Rosan Roeslani, kini dipercaya memimpin Kementerian Investasi/BKPM dan CEO dari Badan Pengelola Investasi Danantara.
Dalam sejarah klub, runner-up Liga Italia musim ini, pernah dimiliki oleh konsorsium pengusaha Indonesia yang tergabung dalam International Sport Capital (ISC). Mereka adalah Erick Thohir, Rosan P. Roeslani, dan Handy Soetedjo.
Pada Oktober 2013, secara mengejutkan konsorsium ISC mengambil alih mayoritas saham Internazionale Holding S.r.l. yang dikendalikan oleh taipan Italia, Massimo Moratti dengan nilai sekitar US$460 juta.
Sebelum berpindah ke ISC, keluarga Moratti merupakan legenda karena telah membesarkan Inter selama 18 tahun.
Bersama Moratti, Inter boleh disebut sebagai klub paling royak dalam urusan belanja pemain bintang.
Sejumlah pemain papan atas yang pernah berseragam Nerazurri itu di antaranya Luis Figo, Roberto Carlos, Ronaldo, Ivan Zamorano, Christian Vieri, Adriano, Gabriel Batistuta, Samuel Eto’o, hingga Zlatan Ibrahimovic.
Tidak hanya itu, deretan pelatih top pernah mengisi kursi 'panas' manajer Inter Milan, mulai dari Roy Hodgson, Marcello Lippi, Hector Cuper, Rafael Benitez, hingga Jose Mourinho.
Selepas diambil alih Erick Thohir, Inter cenderung mengerem belanja. Kondisi ekonomi Italia yang kala itu tengah resesi membuat manajemen baru lebih banyak berbenah secara internal.
Bersama Erick Thohir, Inter mendatangkan pemain salah satunya Nemanja Vidic dari Manchester United. Selebihnya, pemain yang didatangkan Inter bukan kelas bintang. Kalaupun ada yang moncer, nama Radja Nainggolan yang didatangkan dari AS Roma layak dikedepankan kala itu.
Di bangku pelatih, bersama Erick Thohir, Inter juga pernah mengikat jasa Roberto Mancini, lalu membawa mantan pelatih Ajax Amsterdam Frank de Boer untuk melatih Inter, hingga terakhir memercayakan kepelatihan pada Luciano Spaletti.
Konsorsoum ISC mengelola Inter selama kurang lebih 3 tahun. Pada 2016, mereka melepas kepemilikannya ke Suning Group. Erick bertindak sebagai Presiden Inter dari periode pengambilalihan hingga berakhir pada 2018.
Kini, Inter dimiliki oleh Oaktree, pemodal dari Amerika Erikat.
Mampukah Inter menambah koleksi gelar juara di kancah Liga Champions musim ini? Atau PSG yang bakal mengukir sejarah baru. Kita tunggu partai seru keduanya di pengujung bulan ini.