Kendati Saudi gagal mendapatkan Messi, manuver-manuver mereka dalam sepak bola dan olahraga umumnya, tak diragukan lagi telah menggetarkan "iman" klub, penyelenggara turnamen, dan pemain.
Fulus Saudi yang tak akan habis dimakan tujuh generasi itu tak saja mengusik kemapanan kompetisi olahraga global, tetapi memberi kesempatan kepada atlet untuk lebih kaya atau semakin kaya.
LIV Golf adalah contohnya. Turnamen golf ini didanai oleh PIF si pemilik Newcastle.
Banyak yang menilai LIV Golf adalah tempat "mencuci" kesalahan Saudi dalam soal hak asasi manusia dan sejenis itu. Yang lain menilainya sebagai salah satu cara Saudi dalam menaikkan citra positifnya di mata dunia.
LIV Golf awalnya ditolak para legenda seperti Greg Norman dan Tiger Woods, tapi akhirnya terselenggara juga, karena pegolf-pegolf besar lainnya seperti Dustin Johnson, Bryson DeChambeau dan Brooks Koepka bersemangat mengikutinya, apalagi nilai hadiahnya lebih dari dua kali lipat yang ditawarkan PGA Tour.
Kini, ada wacana menyatukan LIV Golf dengan PGA Tour dan European Tour. Perkembangan ini kian membuktikan sulit melawan kekuatan uang Saudi, yang sama sulitnya dengan mengimbangi tekad Saudi dalam memberi warna baru kepada olahraga global.
Olahraga sendiri menjadi bagian dari banyak matra kehidupan yang ingin dimodernisasi oleh Saudi lewat Visi Saudi 2030.
Penguasa de facto mereka, Pangeran Muhammad bin Salman yang biasa disapa MBS, menginginkan Saudi yang lebih modern, terbuka, dan tak hanya menggantungkan diri kepada minyak. Pariwisata dan olahraga adalah dua dari banyak sektor yang dibidik pangeran muda nan progresif itu.
Upaya agresif Saudi dalam menghadirkan turnamen-turnamen besar, membuat turnamen yang sama hebatnya dengan yang sudah ada, dan caranya dalam memikat olahragawan global agar berkompetisi di Saudi, membuahkan hasil positif.