Di luar jajaran sprinter Negeri Paman Sam, sejumlah peserta lain juga memiliki rapor catatan waktu di bawah 10 detik.
Misalnya, Akani Simbine dari Afrika Selatan yang memiliki catatan waktu tercepat kedua tahun ini sekaligus pemegang rekor Afrika saat berlaga di Gyulai István Memorial, Szekesfehervar, Hungaria, Juli lalu, dengan 9,84 detik.
Ambisi Simbine di Olimpiade Tokyo juga cukup besar karena ingin menjadi sprinter Afrika pertama yang meraih emas Olimpiade di nomor 100 meter putra sejak Reggie Walker di Olimpiade London 1908.
Selain itu, Simbine juga mengusung misi menebus kegagalan di Olimpiade Rio de Janeiro, Brazil, 2016 ketika finis di urutan kelima nomor 100 meter putra dengan catatan waktu 9,94 detik.
Dalam daftar persaingan, jangan lupakan nama Andre De Grasse dari Kanada. Ia adalah peraih perunggu Olimpiade Rio de Janeiro nomor 100 meter putra dengan mengantongi 9,91 detik.
Musim ini, De Grasse meraih catatan waktu terbaik di angka 9,92 detik saat berlomba di Duval County Challenge, Jacksonville, Mei lalu.
Kemudian ada sprinter Jamaika Yohan Blake, peraih dua perak Olimpiade London 2012 untuk nomor 100 dan 200 meter putra. Ia juga memiliki tekad besar di Tokyon untuk membalas kegagalan di Olimpiade Rio yang kala itu menempati posisi keempat.
Sepanjang tahun ini, peraih emas nomor 4×100 m relay Olimpiade London dan Rio de Janeiro itu telah memenangi 10 dari 13 lomba nomor 100 meter putra, termasuk cacatan waktu tercepat 9,95 detik saat berlaga di Stars and Stripes Classic, Marietta, Juli lalu.
Sprinter tuan rumah Ryota Yamagata juga masuk dalam daftar pemilik rapor lari 100 meter di bawah 10 detik. Ia menjadi harapan Jepang setelah mencatat rekor nasional 9,95 di Tottori, Juni lalu.