Bisnis.com, JAKARTA - Hampir 70 persen perusahaan Jepang ingin Olimpiade Tokyo dibatalkan atau ditunda, menurut survei Reuters, yang dirilis Jumat (21/5/2021), menggarisbawahi kekhawatiran bahwa Olimpiade akan meningkatkan kasus Covid-19 saat sistem medis berada di bawah tekanan berat.
Dengan hanya sembilan pekan sebelum Olimpiade, keadaan darurat telah diberlakukan di sebagian besar Jepang hingga akhir bulan untuk mengatasi lonjakan kasus yang mengakibatkan kekurangan staf medis dan kamar pasien di beberapa daerah.
Program vaksinasi negara juga sangat lambat, dengan hanya 40 persen dari populasi yang diinokulasi, tingkat terendah di antara negara-negara Grup 7 (G7).
Survei perusahaan, yang dilakukan 6-17 Mei, menunjukkan 37 persen perusahaan mendukung pembatalan, sementara 32 persen menginginkan penundaan.
Secara khusus, jumlah mereka yang menyerukan pembatalan telah meningkat mulai Februari ketika pertanyaan yang sama ditanyakan dalam survei bulanan, saat 29 persen menginginkan pembatalan sementara 36 persen memilih penundaan.
"Tidak mungkin Olimpiade dapat berjalan dalam keadaan saat ini," tulis seorang manajer di sebuah perusahaan logam dalam survei tersebut.
Baca Juga
"Tidak ada yang dilakukan pemerintah yang tampaknya direncanakan dengan baik. Semua yang tampaknya dilakukan hanyalah menyebarkan kecemasan."
Hasil survei tersebut secara kasar sejalan dengan jajak pendapat publik. Banyak penduduk Tokyo mengatakan, mereka memiliki pemikiran pro dan kontra mengenai penyelenggaraan Olimpiade.
"Variasi strain bisa masuk, menciptakan situasi yang mengerikan," kata Keiko Yamamura, instruktur yoga berusia 58 tahun.
"Tapi ketika saya memikirkan para atlet yang telah bekerja sangat keras, saya ingin membiarkan mereka melakukannya."
Pemerintah Jepang dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah berulang kali mengatakan bahwa Olimpiade akan dilanjutkan. Sekitar 70 persen dari 10.500 atlet yang akan hadir telah lolos kualifikasi.
Jika Olimpiade, yang telah ditunda satu tahun, dibatalkan, seperempat perusahaan memperkirakan kerugian ekonomi yang besar.
Survei, yang dilakukan untuk Reuters oleh Nikkei Research, itu meneliti sekitar 480 perusahaan non-keuangan besar dan menengah, di mana sekitar 230 di antaranya menjawab pertanyaan tentang Olimpiade.