Bisnis.com, JAKARTA — Rusia dipastikan absen dalam kejuaraan dunia atletik untuk kedua kalinya secara berturut-turut setelah badan atletik dunia, International Athletics Association Federation memperpanjang sanksi terhadap federasi atletik negara tersebut, Senin, 23 September 2019.
IAAF mengonfirmasi keputusan itu 4 hari sebelum dimulainya kompetisi di Qatar setelah mendengar laporan satuan tugas yang dibentuknya guna mengawasi upaya pemulihan Rusia.
Sebelumnya pada Senin (23/9/2019), Badan Antidoping Dunia (WADA) mengungkapkan bahwa data historis "inkonsistensi" otoritas antidoping Rusia sehingga membuat partisipasi Rusia di Olimpiade Tokyo terancam.
"Kami menyadari tuduhan manipulasi data dan bahwa penyelidikan sedang berlangsung," kata Rune Andersen, Kepala Satuan Tugas IAAF.
Dia melanjutkan bahwa, "Mengingat gugus tugas merekomendasikan agar sanksi atas RUSAF [federasi atletik Rusia] tidak dipulihkan dan dewan IAAF dengan suara bulat menyetujui."
Beberapa atlet Rusia tanpa catatan doping, termasuk pelompat tinggi Maria Lasitskene yang merupakan satu-satunya atlet lintasan dan lapangan Rusia yang saat ini memegang gelar dunia, diizinkan untuk mengikuti kompetisi internasional sebagai atlet netral. Namun, bendera Rusia tidak boleh dikibarkan atau lagu kebangsaan dinyanyikan.
Baca Juga
Presiden IAAF Sebastian Coe mengatakan bahwa ada suasana "sangat kuat" di antara anggota dewan bahwa penangguhan itu harus dilanjutkan.
"Tidak ada yang mengejutkan saya bahwa dewan dengan suara bulat menyetujui rekomendasi terkuat yang kami miliki sejauh ini sehingga federasi Rusia tetap diskors."
RUSAF mendapat penskorsan November 2015 setelah sebuah laporan WADA membuktikan adanya doping yang meluas dalam olahraga.
Pihak berwenang Rusia membantah keberadaan program doping yang disponsori negara itu tetapi menerima tudingan beberapa pejabat senior terlibat dalam memberi zat terlarang kepada atlet, mengganggu prosedur antidoping dan menutupi hasil tes yang positif.
IAAF sebelumnya juga telah memperpanjang penskorsan atas Rusia pada Juni dan mengatakan sebuah laporan Reuters menunjukkan bahwa pelatih-pelatih Rusia yang dilarang bekerja dengan para atlet akan diselidiki.
Pada September tahun lalu, WADA memperkenankan Badan Antidoping Rusia (RUSADA) membuka jalan bagi negara itu untuk bersaing di Olimpiade di Tokyo tahun depan. Namun, kepesertaan tersebut kini terancam menyusul pengumuman WADA pada Senin, pekan ini.