Bisnis.com, JAKARTA - Tahun 2015 baru saja berlalu. Terdapat sejumlah catatan sepak bola baik di dalam negeri maupun manca negara.
Di level internasional, 2015 dibuka dengan kesuksesan Australia menjadi kampiun Piala Asia setelah di final pada 31 Januari di Sydney, Australia, tuan rumah menundukkan Korea Selatan dengan skor 2-1 melalui perpanjangan waktu.
Ini untuk pertama kalinya Australia mampu menjuarai Piala Asia sejak bergabung ke Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) pada 2006 dari semula sebagai anggota Konfederasi Sepak Bola Oseania (OFC).
Yang menjadi catatan, gelandang Timnas Australia Massimo Luongo, yang beribu perempuan Indonesia bernama Ira Luongo, menjadi pemain terbaik sepanjang turnamen dan menyumbang dua gol termasuk sebiji di final.
Kesuksesan pada awal tahun juga menjadi milik Timnas Pantai Gading yang merebut gelar juara Piala Afrika untuk kedua kalinya sepanjang sejarah setelah yang pertama di Senegal pada 1992.
Di final edisi 2015 yang digelar di Guinea Khatulistiwa, Pantai Gading, yang tak lagi diperkuat striker kondang Didier Drogba, menaklukkan Ghana lewat adu penalti 9-8 setelah selama 120 menit permainan di Stadion Bata pada 8 Februari berakhir tanpa gol.
Tahun 2015 juga menjadi catatan bagus bagi Meksiko yang menjuarai Piala Emas, turnamen antarnegara Konfederasi Sepak Bola Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia (Concacaf). Sayangnya gelar juara Meksiko itu dipenuhi kontroversi terutama dengan gol dari titik penalti dalam dua laga yang sangat menentukan.
Chile juga menuai sukses dengan untuk pertama kalinya mampu menjuarai Copa America, turnamen antarnegara Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (Conmebol) dengan menaklukkan Argentina di final melalui adu penalti.
Meskipun hanya menang adu penalti melawan tim Tango, gelar juara milik Chile sangatlah layak apabila menilik materi pemain dari penjaga gawang hingga ujung tombak dipenuhi pemain yang matang di kompetisi domestik negara-negara yang di ranah sepak bola ada di level paling atas terutama di Eropa.
Ini pertama kalinya Chile menjuarai Copa America sejak turnamen antarnegara tertua di dunia tersebut digelar pada 1916 di mana saat itu Chile termasuk satu dari empat negara yang memulainya. Tiga negara lainnya ialah Brasil, Argentina, dan Uruguay yang telah berulang kali menjuarai Copa America.
Di level klub, tak pelak lagi FC Barcelona merupakan tim paling sukses. Barca merebut lima gelar juara sepanjang 2015 yakni Divisi Primer La Liga Spanyol, Piala Raja Spanyol (Copa del Rey), Liga Champions Eropa, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub.
Satu-satunya gelar yang terlepas ialah Piala Super Spanyol lantaran kalah dari Athletic Bilbao dalam pertandingan dua leg yang digelar secara home and away.
Kesukses klub Katalan berjuluk Blaugrana itu tak lepas dari ketajaman trio maut di lini depan yang berasal dari tiga negara jagoan di Amerika Selatan yakni Lionel Messi (Argentina), Neymar da Silva Jr. (Brasil), dan Luis Suarez (Uruguay).
Beda cerita kehebatabn sepak bola dunia, di Indonesia yang terjadi justru sebaliknya yakni keterpurukan luar biasa sepanjang sejarah sepak bola negara ini, bahkan bisa dikatakan sejak zaman prakemerdekaan.
Perseteruan antara Menpora Imam Nahrawi dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) berimbas pada munculnya sanksi Federation Internationale de Football Association (FIFA) yang membuat Timnas Merah Putih tak bisa bertarung di pentas internasional.
Hingga hari terakhir 2015 para pihak yang bertikai tak kunjung meredakan arogansinya dan memilih untuk tetap mempertahankan sikap yang mendahulukan kepentingan sendiri dengan mengabaikan kepentingan sepak bola nasional.
Mari kita bersama menantikan hingga saat kapan sikap-sikap tyak pantas itu terus dipertahankan dengan menginjak-injak kepentingan bangsa dan timnas yang pastinya jauh lebih besar dan terhormat dibandingkan dengan kepentingan pribadi siapa pun.